
Caritasulut.com, Bitung – Masyarakat Tanjung Merah bersama sejumlah organisasi menggelar aksi solidaritas di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bitung, Kamis (30/1/2025).
Para demonstran menyuarakan aspirasi dan kegelisahan terhadap pencemaran lingkungan, yang diduga berasal dari PT. Futai.
Koordinator aksi, Jopi Wawoh, menegaskan bahwa demonstrasi ini dilakukan karena tidak mendapat respons positif dari DPRD dalam rapat dengar pendapat (RDP) sebelumnya.
“Jika tidak ada persoalan, saya tidak akan turun demo. Lagipula kalau itu diterima dengan baik di RDP kemarin, tentunya kita tidak perlu lelah-lelah datang ke sini,” ujar Jopi.
Menurutnya, langkah turun ke jalan ini merupakan keputusan tepat demi memperjuangkan hak masyarakat atas lingkungan yang sehat.
“Ini harus torang lakukan. Ini langkah yang kami tempuh sebagai masyarakat Tanjung Merah,” tegasnya.
Lebih lanjut, Wawoh menuntut agar PT. Futai menghentikan operasionalnya hingga instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang sesuai standart.
“Tuntutan kami jelas, pengoperasian PT. Futai harus dihentikan. Kalau tidak, masyarakat akan terus merasakan dampak negatif dari pencemaran ini,” katanya.
Aksi solidaritas ini turut didukung berbagai pihak, termasuk aktivis lingkungan Billy Ladi. Ia menilai kondisi di Tanjung Merah sudah cukup parah akibat buruknya pengelolaan limbah oleh perusahaan.
“Faktanya, lingkungan di sana sudah rusak karena PT. Futai tidak menjalankan aturan secara maksimal. Perusahaan ini seolah kebal hukum dan tidak taat pada regulasi lingkungan,” ungkap Billy.
Menurutnya, mediasi yang telah dilakukan sebelumnya tidak membuahkan hasil signifikan.
“Kami sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan perusahaan, tapi tidak ada solusi konkret. Bahkan, keputusan DPRD seharusnya lebih berpihak kepada masyarakat, bukan kepada perusahaan,” tegasnya.
Billy juga menyatakan, aksi ini adalah bentuk protes terhadap DPRD yang dinilai kurang berpihak pada kepentingan rakyat.
“Kami tidak ingin RDP kemarin hanya berujung pada RDP lainnya tanpa ada keputusan konkret. Jika tuntutan ini diabaikan, maka kami akan melakukan aksi dengan jumlah massa yang lebih besar,” pungkasnya.
Sebelum turun ke jalan, para demonstran telah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum.
“Kami melakukan aksi sesuai prosedur. Sebelumnya, kami juga sudah melapor ke kepolisian, sehingga mereka hadir untuk memastikan jalannya aksi tetap kondusif,” jelas Jopi Wawoh.
Diketahui, aksi ini diikuti oleh masyarakat Tanjung Merah, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Forum Komunikasi Pencinta Alam (FKPA) Sulawesi Utara, serta lintas organisasi masyarakat dan individu yang peduli terhadap isu lingkungan.
(Leon Wilar)