Tomohon, caritasulut.com – Komunitas Penulis Mapatik gelar “Lumales”. Kegiatan yang juga disebut Ziarah kultura itu dilaksanakan di situs Watu Kadera, yang berada di Perkebunan Pangi Paslaten dan Apela Waruga di Puncak Wawo Matani, Kota Tomohon, Minggu (07/07/24).
Director Komunitas Penulis Mapatik, Rikson Karundeng, saat berada di situs yang juga disebut Rurumezan Ni Opo Tumalun (Tempat Duduk Opo Tumalun), mengatakan ziarah kultura ini memiliki banyak manfaat, terutama bagi generasi Minahasa hari ini yang hampir sepenuhnya tercabut dari akar tradisinya.
Tumalun juga banyak berkomunikasi dengan orang-orang di masa itu, karena dia bertanggung jawab di Hutan. Asal kata Tumalun yaitu ‘Talun’ atau biasa disebut Hutan.
“Tumalun atau Talun, itu gelar yang diberikan bagi Opo (leluhur) yang bertanggung jawab terhadap hutan,” ucap Karundeng.
Ia menjelaskan, sejak zaman dahulu leluhur-leluhur pasti tahu, di setiap wilayah tertentu pasti ada mahkluk hidup yang lain.
“Kalau kami mengganggu wilayah itu, pasti kami mengganggu wilayah mahkluk hidup yang lain. Baik makhluk hidup yang terlihat, maupun yang tidak terlihat, dan itu akan berdampak bagi kami,” katanya.
“Itu penting kenapa kemudian diceritakan oleh tua-tua kampung, kenapa leluhur Tumalun sampai kepada kami yang tinggal di Tondano, namun dikenal dengan nama Tawaluyan. Wilayah Tumalun sampai di sana, dan dikenal sebagai leluhur penjaga hutan dan leluhur penguasa hutan,” sambung Karundeng.
Karundeng menegaskan, hari ini menjadi catatan kritis bagi orang-orang yang haus akan merusak hutan. Jangan ganggu makhluk hidup yang lain.
“Saya berefleksi, ada berapa banyak di zaman Opo Tumalun ini yang mau memberi diri. Mengabdikan diri untuk menjaga hutan, menjaga lingkungan, menjaga mahkluk hidup yang menjadi bagian dari ekosistem, dan memelihara akan keseimbangan alam itu juga,” ungkap Karundeng.
“Datang di tempat ini kita harus memiliki hati gembira untuk memelihara. Karena, ketika kita datang di tempat ini, kita kemudian bisa mengingat pengetahuan yang tersimpan pada situs dan dapat menjadi sumber berkat bagi kita semua,” lanjutnya
“Siapa lagi yang harus mengingatkan kami akan tradisi menjaga lingkungan, tradisi untuk menjaga alam ini, tradisi menjaga keseimbangan hidup dengan alam semesta dengan makhluk hidup yang lain. Melalui lumales ini, Opo Tumalun ini menjadi salah satu ingatan paling penting bagi kita untuk itu,” tandasnya. (Tesalonika Samagitu)